Kepedulian Tak Pernah Padam: Cerita di Balik Penyaluran Bantuan PAH, Sembako, dan Santunan Anak Yatim

Foto Penyerahan PAH

Kepedulian Tak Pernah Padam: Cerita di Balik Penyaluran Bantuan PAH, Sembako, dan Santunan Anak Yatim

Selasa,11 November 2025 - 01:39:pm WIB | Oleh: Administrator


Kepedulian Tak Pernah Padam: Cerita di Balik Penyaluran Bantuan PAH, Sembako, dan Santunan Anak Yatim

Oleh: M. RICKY
Muntai, 11 November 2025

 

Pagi itu, suasana di halaman Kantor Desa Muntai terasa hangat dan penuh harapan. Beberapa warga sudah berkumpul sejak pagi, sebagian membawa ember dan jerigen sebagai simbol kebutuhan air bersih yang sering menjadi masalah di musim kemarau. Hari itu, Pemerintah Desa Muntai menyalurkan bantuan Penampung Air Hujan (PAH), paket sembako, dan santunan untuk anak yatim.

Program ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Desa untuk terus memperhatikan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia, penyandang disabilitas, anak yatim, dan warga kurang mampu.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Muntai, Muhammad Nurin, menegaskan bahwa bantuan ini merupakan hasil musyawarah bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan telah disesuaikan dengan kemampuan anggaran desa tahun 2025.

“Sesuai hasil musyawarah dengan BPD, tahun ini Desa Muntai menyalurkan sebanyak 12 unit PAH. Bantuan ini diharapkan dapat membantu warga yang kesulitan air bersih, terutama di musim kemarau,” ujar beliau di depan warga.

Selain bantuan PAH, 17 anak yatim juga menerima santunan dari Pemerintah Desa. Mereka datang bersama keluarga masing-masing dengan wajah ceria dan rasa syukur. Kepala Desa berpesan agar anak-anak tetap semangat belajar dan terus bermimpi, karena masa depan desa juga bergantung pada generasi penerus ini.

Sementara itu, 19 paket sembako dari Pemerintah Kecamatan Bantan turut diserahkan kepada warga kurang mampu. Bantuan sederhana ini sangat membantu warga menghadapi tingginya harga bahan pokok.

Salah satu penerima bantuan PAH, Ibu Jasimah (72 tahun), menyampaikan rasa terima kasihnya dengan mata berkaca-kaca.

“Alhamdulillah, sangat bersyukur dapat bantuan PAH ini. Dulu kalau kemarau, kami susah air bersih. Sekarang bisa tampung air hujan. Terima kasih untuk pemerintah desa,” ujarnya haru.

Namun di balik suasana haru dan syukur itu, ada juga suara kritis dari sebagian warga yang belum berkesempatan menerima bantuan tahun ini. Mereka berharap agar ke depan ada penjelasan yang lebih terbuka tentang kriteria dan aturan dalam penyaluran bantuan, agar tidak timbul salah paham di masyarakat.

Seorang warga yang enggan disebut namanya menyampaikan,

“Kadang kami ini tidak tahu kenapa ada yang dapat dan ada yang tidak. Mungkin karena belum paham aturan bantuan dari pemerintah. Kalau dijelaskan dengan rinci, warga pasti lebih mengerti dan tidak salah sangka.”

Kritik ini menjadi masukan penting bagi Pemerintah Desa agar sosialisasi regulasi dan mekanisme bantuan bisa lebih intensif. Banyak warga belum memahami bahwa penyaluran bantuan dilakukan berdasarkan data yang telah diverifikasi, musyawarah desa, dan kemampuan anggaran yang terbatas setiap tahunnya.

Sebagai jurnalis warga, saya melihat kegiatan ini dari dua sisi:
di satu sisi ada kebahagiaan bagi mereka yang menerima bantuan, dan di sisi lain ada keingintahuan serta aspirasi dari warga yang belum menerima. Keduanya penting untuk didengar dan menjadi bahan evaluasi bersama agar program sosial desa ke depan lebih adil, transparan, dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kegiatan hari ini mengingatkan kita bahwa pembangunan desa bukan hanya soal membangun fisik dan menyalurkan bantuan, tetapi juga membangun pemahaman, keterbukaan, dan komunikasi yang sehat antara pemerintah dan masyarakat.

 

Tulis Komentar

img